Minggu, 20 Mei 2012

EMERGENCY


Kegawat Daruratan (EMERGENCY)


Gawat :

Suatu kondisi dimana korban harus segera ditolong apabila tidak segera di tolong akan mengalami kecacatan atau kematian.

Ex : gangguan pernafasan, gangguan sirkulasi, perdarahan hebat.

Darurat :

Suatu kondisi dimana korban harus segera di tolong tapi penundaan pertolongan tidak akan menyebabkan kematian / kecacatan.

Ex : Luka, Ca mamae, BPH, Fraktur tertutup

Gawat darurat medik :

Peristiwa yang menimpa seseorang dengan tiba-tiba yang dapat membahayakan jiwa, sehingga memerlukan tindakan medik dengan segera dan tepat.

Bencana :

Peristiwa atau rangkaian peristiwa yang disebabkan oleh alam dan atau manusia yang mengakibatkan korban dan penderitaan manusia, kerugian harta benda, kerusakan lingkungan, kerusakan sarana dan prasarana umum serta menimbulkan gangguan terhadap tata kehidupan dan penghidupan masyarakat dan pembanguan nasional yang memerlukan bantuan dan pertolongan

Bencana masal :

Kejadian mendadak yang tidak diduga serta menimbulkan kerugian harta benda dan nyawa manusia lebih dari 10-25 orang

Bencana masal terjadi karena sebab-sebab:
o    Alamiah : kebakaran, gempa bumi
o    Kelalaian manusia : kecelakaan KA, pesawat terbang, kapal laut.
o    Direncanakan : ledakan bom oleh teroris

Bencana dibagi dalam 4 tingkatan :

o    Tingkat I   : Korban < 50 orang
o    Tingkat II  : Korban 51 - 100 orang
o    Tingkat III : Korban 101 - 300 orang
o    Tingkat IV  : Korban >300 orang

Triage:

Suatu sistem seleksi penderita yang menjamin supaya tidak ada penderita yang tidak mendapat perawatan

Klasifikasi korban menurut perlukaan yang diderita :


1.    Golongan I (Label Hijau) :

Penderita tidak luka / menderita gangguan jiwa sehingga tidak memerlukan tindakan bedah.

2.    Golongan II (Label Kuning) :

Penderita dengan luka ringan dan memerlukan tindakan bedah minor.

3.    Golongan III (Label Merah) :

Penderita keadaan luka berat / syok.

4.    Golongan IV (Label Putih) :

Penderita dengan luka berat tetapi sulit ditolong

5.    Golongan V (Label Hitam) :
Penderita meninggal dunia

Sistem pelayanan gadar menitik beratkan pada dua sasaran :
1.    Peningkatan kemampuan pelayanan gadar melalui kategori unit gadar RS
2.    Peningkatan fungsi infrastruktur meliputi:
a.    Bidang Management :
o    Penetapan peraturan, standart pelayanan, pedoman PPGD.
o    Peningkatan kemampuan perencanaan upaya PPGD
o    Peningkatan kemampuan pengorganisasian PPGD.
b.    Pengembangan bidang sistem informasi.
o    Peningkatan dan pengembangan sistem pencatatan dan pelaporan serta analisa data pasien gadar

Tujuan PPGD :

1.    Mencegah kematian dan kecacatan
2.    Merujuk pasien gawat darurat (Gadar) untuk mendapatkan penanganan yang memadai
3.    Menanggulangi korban bencana

Keberhasilan PPGD ditentukan oleh:

1.    Kecepatan menemukan pasien gawat darurat (Gadar)
2.    Kecepatan meminta pertolongan
3.    Kecepatan dan kualitas pertolongan yang diberikan
a.    Ditempat kejadian
b.    Perjalan ke RS
c.    Pertolongan selanjutnya di Puskesmas/RS

Berhasil atau tidaknya pertolongan yang diberikan dibagian gadar tergantung :

1.    Keadaan pasien saat tiba dibagian gadar
2.    Keadaan gedung
3.    Kualitas, jumlah peralatan, dan obat-obatan
4.    Kemampuan dan ketrampilan petugas.

Prosedur pelayanan gadar meliputi rangkaian :
1.    Fase pra RS : ditolong oleh
o    Orang awam
o    Polisi, SAR, Hansip, DPK
o    Ambulance 118
2.    Fase RS, pertolongan di
o    IGD
o    ICU
o    Ruang rawat
3.    Fase post RS :
o    Sembuh
o    Sembuh cacat
o    Meninggal dunia

Problem dalam PGD
1.    Fase pra RS
o    Komonikasi
o    Pendidikan
o    Transportasi
o    Dari tempat kejadian sampai RS diangkut dengan berbagai kendaraan, sebagian kecil menggunakan ambulance.
o    Syarat alat transportasi :
o    Kendaraan (perahu, gerobak,helikopter)
o    Prinsip : pasien dapat telentang, luas, cukup tinggi, komunikasi sentral dengan RS, identitas jelas
o    Alat medis :
o    Resusitasi (Ambubag)
o    Laringoskopi, ET
o    Guidel/mayo
o    O2 transport
o    Suction, balut, bidai, infus, matras, EKG dll.
o    Personal
o    Perawat yang bisa mengemudi
o    Perawat CCN ( asrama )
o    Syarat transpotasi penderita
o    Gangguan pernafasan dan cardiovaskuler telah tertanggulangi
o    Perdarahan dihentikan
o    Luka ditutup
o    Patah tulang telah di fiksasi
Selama transportasi di monitor : Vital Sign, kesadaran, daerah perlukaan
    Fase RS
    Puskesmas
    Bagian gadar
    Penggolongan korban bencana

Disaster plan (Perencanaan Musibah)

1.    RS daerah atau kota dapat memanfaatkan tenaga dan fasilitas yang ada secara efisien.
2.    Problem disaster plan:
o    Bencana datang secara tiba-tiba
o    Jumlah korban lebih banyak dari pada petugas
3.    Faktor penghambat disaster plan :
o    Anggapan bahwa bencana tidak akan terjadi disini
o    Semoga tidak terjadi disini

Bantuan hidup Dasar / Basic Life Support

Tujuan BLS :

1.    Mencegah henti nafas dan henti jantung
2.    Membantu pernafasan dan atau sirkulasi dengan cara resusitasi jantung dan paru dengan langkah A.B.C

Indikasi :

1.    Henti nafas
o    Penyebab : tenggelam, stroke, sumbatan benda asing, inhalasi asap, keracunan obat, syock listrik, tercekik, trauma, AMI, tersambar petir, coma.
2.    Henti jantung

Langkah- langkah BLS/BHD

A. Air Way Control (bebaskan jalan nafas)

o    Posisi telentang
o    Permukaan rata
o    Buka jalan nafas dengan ekstensi kepala dengan mengangkat dagu (head tilt, chine lift manuver), kalau perlu mengangkat mandibula (jaw trust manuver) dan ketiganya dikenal dengan triple air way manuver.
o    Bila ada muntahan bisa dibersihkan dengan cara manual.

B. Breathing Support ( bantuan nafas )

o    Menilai ada nafas/ tidak dengan cara : melihat, mendengar, dan merasakan.
o    Bila bernafas dan tidak sadar posisikan penderita stabil lateral dan pelihara jalan nafas
o    Bila tidak bernafas dan tidak sadar : mulai pernafasan buatan dengan meniup 2 kali secara lambat
o    Bila nadi ada, lanjutan pernafasan buatan 10-12 x/ mnt tanpa kompresi dada

Tindakan pada sumbatan jalan nafas :
o    Manuver helmich (hentakan pada perut)
o    Chest thrusts (hentakan dada): penderita gemuk, hamil, bayi < 1 thn
o    Penyapuan dengan jari : hanya pada penderita tidak sadar

C. Circulation Support (bantuan sirkulasi )

o    Nilai adanya nadi besar, bila teraba lanjutkan nafas buatan 10 - 12 kali per menit kalau perlu , jika nadi tidak teraba lakukan kompresi jantung luar
o    Kompresi pada bayi dan anak : 100x/mnt, lokasi 1/3 bawah sternum (1 jari dibawah garis antara kedua putting susu) dengan perbandingan 5:1
o    Neonatus: 2 jari (kedua jempol atau telujuk dan tangah dengan perbandingan 3:1 atau 5:1
o    RJP dg 1 penolong: perbandingan 15: 2
o    RJP dg 2 penolong , perbandingan 15 : 1
Diposkan oleh AMRIL di 22:25
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke Facebook

Henti jantung & Henti napas pada Bayi & Anak



ASUHAN KEPERAWATAN HENTI JANTUNG DAN HENTI NAFAS PADA ANAK

HENTI JANTUNG
a.Definisi
        Henti jantung atau tepatnya henti sirkulasi ialah keadaan keadaan dengan sirkuasi yang tidak efektif dari jantung ke seluruh tubuh.hal ini menandakan penderita dalam keadaan gawat.sekitar 90% henti jantung dasarnya ialah asistole mekanis dan elektrik komplet,sedangkan 10% lainnya mempunyai mempunyai dasar fibrilasi ventrikel (ilmu kesehatan anak volume 2).
 Henti jantung adalah terhentinya denyut jantung dan peredaran darah secara tiba-tiba pada seseorang yang tidak apa-apa,merupakan keadaan darurat yang paling gawat,yang lebih di kenal dengan istilah henti jantung (cardiac arrest).keadaan ini biasanya di ikuti pula dengan berhentinya fungsi pernafasan dan hilangnya kesadaran serta reflek.(ilmu kesehatan anak volume 3).
b.etiologi
 etiologi henti jantung pada anak antara lain ialah:
1.terhentinya sistem pernapasan secara tiba-tiba yang dapat di sebabkan karena:
    a. penyumbatan jalan napas:
•    Aspirasi cairan getah lambung atau benda asing
•    Sekresi air yang terdapat di jalan napas,seperti pada tenggelam,edema paru,lendir yang banyak
•    Edema atau spasme saluran pernapasan sebelah atas dan atausebelah bawah
•    Kelaina anatomik,misalnya atresia choanal.
2. depresi susunan saraf pusat,yang dapat di sebabkan karena;
•    Obat-obatkan
•    Racun
•    Rudapaksa
•    Arus listrik tegangan tinggi
•    Edema otak
•    Hipoksia berat
•    Hiperkapnia
•    Penyakit susunan saraf pusat,seperti ensefalitis,poliomielitis,sindrom guilian barre,dll.
3. dehidrasi berat dan gangguan keseimbangan asam basa
4. paralisis neuromuskular
•    Rudapaksa
•    Arus listrik tegangan tinggi
•    Edema otak
•    Hipoksia berat
•    Hiperkapnia
•    Penyakit susunan saraf pusat,seperti ensefalitis,poliomielitis,sindrom guilian barre,dll.
5.”thension pneumothoraks”bilateral
II. terhentinya peredaan darah secara tiba-tiba,yang dapat di sebabkan karena:
    hipoksia,asidosis,atau hiperkapnia karena penyakit paru atau karena penyakit paru atau karena    henti pernapasan secara tiba-tiba.
    Rangsangan vagus misalnya karena pengisapan tenggkorak,endoskopi,dilatasi rektum,operasi mata,dll.
    Arus listrik teganggan tinggi
    Obat-obatan,terutama digitalis,quinidin,kalium,obat anestesia
    Aritmia yang hebat,karena obat-obatan,penyakit jantung,kateterisasi jantung dll.
    Syok( trauma,perdarahan,sepsis,pada operasi dan pasca operasi,dehidrasi,dll.
    Keadaan terminal pada berbagai penyakit
    Obat-obatan intravena yang sering di gunakan pada angiografi,yang kadang-kadang yang sering juga diberikan secara intraarteri.
III. terganggunya fungsi sistem syaraf,yang terjadi sebagai akibat terganggunya sistem persyarafan
       dan peredaran darah.Di dalam susunan saraf pusat terjadi iskemia,hipoksia,dan hiperkapnia,asidosis,dan hipoglikemia,yang berakibat terganggunya metabolisme otak di sertainya terjadinya edema serebri dan di ikuti dengan infark serebri.
 Susunan saraf pusat sangat rentan terhadap keadaan tadi,urutan kerentanaan tersebut ialah:
     a. korteks serebri akan menderita kerusakan setelah 3-5 menit
     b. pusat pupil dan palpebra,setelah 5-10 menit
     c. serrebelum,setelah 10-15 menit
     d. pusat peredaran darah dan pernapasan,setelah 20-30 menit
     e. medula spinalis,setelah 45 menit
     f. ganglion simpatik ,setelah 60 menit




RESUSITASI PADA ANAK
dalam rangka melaksanakan resusitasi pada anak tiga hal penting yang harus di perhatikan ialah:
    Jangan mencelakakan anak dengan menggunakan metode yang salah.
    Jangan membuang waktu untuk prosedur diagnostik yang tidak berguna.
    Jangan memulai usaha apapun yang memakan biaya untuk menunda  kematian bila kasus telah ireversible.
Langkah-lankah tindakan pada resusitasi dapat menjadi tiga tahap:
Tahapan 1:tunjangan hidup dasar(‘basic life support’ A,B,C,)
Tahapan II:tunjangan lanjutan(‘advanced life support’ D,E,F)
Tahapan III:tunjangan hidup terus menerus(‘prolonged life support’ G, H,I)

PENGOBATAN

henti jantung dapat terjadi setiap saat di dalam atau di luar rumah sakit,sehingga  pengobatan dan tindakan yang cepat serta tepat akan menentukan prognosis;30-45 detik.sesudah henti jantung terjadi akan terlihat dilatasi pupil dan pada saat ini harus di ambil tindakan berupa:
1.  sirkulasi artifisial yang menjamin peredaran darah yang mengandung oksigen dngan melakukan :
A . masase jantung.anak ditidurkan pada tempat tidur yang datar dan keras,kemudian dngan
 telapak tangan di tekan secara kuat dan keras sehingga jantung yang terdapat di antara sternum
 dan tulang belakang tertekan dan darah mengalir ke arteria pumonalis da aorta.masase jantung
 yang baik terlihat hasilnya dari terabanya kembali nadi arteri-atreri besar sedangkan pulihnya
 sirkulasi ke otak dapat terlihat pada pupil yang menjadi normal kembali.
 B.    pernapasan buatan.mula-mula bersihkan saluran pernapasan,kemudian ventilasi di perbaiki
   dengan pernapan mulut ke melut/inflating bags atau secara endotrakheal.ventilasi yang baik
   dapat di ketahui bila kemudian tampak ekspansi dinding thoraks pada setiap kali inflasi di
   lakukan dan kemudian jg warna kulit akan menjadi normal kembali.

2.memperbaiki irama jantung
   a.    defibrilasi,yaitu bila kelainan dasar henti jantung ialah fibrilasi ventrikel
   b.    obat-obatan:infus norepinefrin 4 mg/1000ml larutan atau vasopresor dan epinefrin  3 ml
       1:1000 atau kalsium klorida secara intra kardial (pada bayi di sela iga IV kiri dan pada anak di
bagian yang lebih bawah) untuk meninggikan tonus jantung,sedangkan asidosis metabolik  di
     atasi dngn pemberian sodium bikarbonat.bila di takutkan fibrilasi ventrikel kambuh,maka
     pemberian lignokain 1%  dan kalium klorida dapat menekan  miokard yang mudah
     terangsang.bila nadi menjadi lambat dan abnormal,maka perlu di berikan isoproterenol.
3.perawatan dan pengobatan komplikasi
a.    perawatan:pengawasan tekanan darah,nadi,jantung ;menghindari terjadinya  aspirasi     (dipasang  pipa lambung);mengetahui adanya anuri yang dini (di pasang kateter kandung kemih).
b.    pengobatan komplikasi yang terjadi seperti gagal ginjal (yang di sebabkan nekrosis kortikal akut) dan anuri dapat di atasi  dengan pemberian ion exchange resins,dialisis peritoneal  serta  pemberian cairan yang di batasi.kerusakan otak di atasi dngan pemberian obat hiportemik dan obat untuk mengurangi edema otak serta pemberian oksigen yang adekuat.



HENTI NAPAS
A.DEFINISI
       pernapasan yang efektif akan terancaman bila alan napas tersumbat atau penyempit akibatnya penanganan segera di butuhkan.henti napas terjadi sebagai komplikasi yang paling serius dari erbagai penyakit pernapasan,syok atau trauma.penanganan saat ini di tunjukan untuk ventilasi paru-paru pasien secara artifisial/buatan (kapita selekta,pediatri edesi II)
b.kondisi-kondisi yang mengarah pada henti napas
•    spasme berat pada trakhea dan bronkus.Penyebabnya termasuk inhalasi dari sejumlah kecil makanan atau air,asap bronkhitis,gas-gas yang mengiritasi atau tersedak.
•    Obstruksi jalan napas.penyebabnya dapat di karenakan lidah atuh ke belakang pada saat korban tidak sadar dan berbaring dengan posisi terlentang,inhalasi dari benda asing atau membengkaknya jaringan sehubungan dengan trauma (di sengat,luka bakar,dan luka terbakar)atau menelan benda-benda (korosif).
•    Mati lemas.akibat kantong plastik,bantal atau benda-benda lain.
•    Kompresi leher.baik dngan cara menggantung maupun menyekik.
•    Kompres rongga thoraks.dapat terjadi karena jatuh,tertimpa pasir atau gandum,terhimpit runtuhan gedung yang rubuh atau benda keras.penetrasi luka atau cedera dada akibat terpukul d mna dapat di lihat dalam kecelakaan-kecelakaan lalu lintas.
•    Kerusakan sistem saraf yang mengontrol pernapasan.dapat di sebabkan :
    Pembunuhan dngan listrik
    Keracunan(gas beracun,barbiturat atau kelebihan obat-obatan lain atau pestisida)
    Spasme otot (seperti pada tetanus)
    Paralisis (seperti yang terjadi dalam beberapa penyakit tertentu seperti poliomielitis atau sebagai akibat cedera korda spinalis).
•    Jumlah oksigen yang ada tidak memadai bagi kebutuhan tubuh.ini biasanya berkaitan dengan adanya keracunan gas seperti karbonmonoksida,adanya asap atau perubahan tekanan di atmosfir yang terjadi pada ketinggian yang tinggi atau selama menyelam kedalam laut
•    Serangan yang berkesinambungan.seperti pada kasus epileptiku

c.tanda dan gejala
    1.tidak sadar(pada beberapa kasus terjadi kolaps tiba-tiba)
     2.pernapasan tidak tampak atau pasien bernapas dengan terengah-engah secara intermiten)
     3.sianosis dari mukosa buccal dan liang telinga
     4.pucat secara umum dan sianosis
     5.nadi karotis teraba
     6.jika pernapasan buatan tidak segera di mulai,miokardium(otot jantung)akan kekurangan
       oksigen yang di ikuti dengan henti napas.


d.penanganan menggunakan resusitasi udara ekshalasi (EAR)
     Penolong pertama harus meminta bantuan orang lain
     Sewaktu melakukan (1)penolong pertama harus di letakan dalam posisi datar/terlentang.
     Penolong pertama harus berlutut di samping kepala korban dan yakin bahwa korban terbaring datar.dengan menggunakan posisi chin_lift.
     Setelah mengambil napas panjang,penolong segera melakukan napas buatan.
     Sementara melakukan pernapasan buatan pemeriksa harus memeriksa nadi karotis setiap 2-3 kali/menit.
     Sekali korban mulai bernapas spontan(resusitasi dari mulut ke mulut)korban harus di posisikan dlm posisi pemulihan.


E.teknik-teknik lanjutan
        bila peralatan yang tersedia memungkinkan untuk mengintubasi korban.prosedur ini harus tidak di lakukan kecuali jika instruksi praktis telah di terima.



                      PATOFISIOLOGI HENTI JANTUNG & HENTI NAPAS
                                      Penyumbatan jalan napas
             
                                                Suplai O2 berkurang

                                    Ketidakseimbangan antara asupan O2
                                              Dan kebutuhan O2 oleh tubuh
                                                        
                                      Gangguan kompensasi tubuh untuk
                                             Memenuhi kebutuhan O2

                                Peningkatan  frekuensi pernapasan                   terganggunya metabolisme                                            
                                                                                                                        ATP
  Pola napas tidak        Kadar O2 menurun dalam tubuh
      efektif
                                                  Hipoksia jaringan                                energi menurun

                                                   Syanosis                                                  kelemahan

gangguan sirkulasi            depresi susunan saraf pusat
intoleransi aktivitas
penurunan kerja  jantung           henti napas                 

 henti jantung                              kejang                 gangguan pertukaran gas O2 & CO2

gerakan motorik yang tidak terkontro      
                                                         
resiko terjadinya injuri



PENGKAJIAN PRIMER 
 
1). AIRWAY/JALAN NAPAS
    Pemeriksaaan/pengkajian menggunakan metode look,listen,feel.
•    Look     : lihat status mental,pergerakan/pengembangan dada,terdapat    
                    sumbatan jalan napas/tidak,sianosis,ada tidaknya retraksi pada
                    dinding dada,ada/tidaknya penggunaan otot-otot tambahan.
•    Listen : mendengar aliran udara pernapasan,suara pernapasan,ada   bunyi           
              napas    tambahan 
                   seprti snoring,gurgling,atau stidor.
•    Feel    : merasakan ada aliran udara pernapasan,apakah ada krepitasi,adanya
                   Pergeseran/deviasi trakhea,ada hematoma pada leher,teraba nadi 
                   karotis atau tidak.
    Tindakan yang harus di lakukan perawat adalah :
    Penilaian untuk memastikan tingkat kesadaran adalah dengan menyentuh,menggoyang dan di beri rangsangan atau respon nyeri.
    periksa dan atur jalan napas untuk memastikan kepatenan.
    Periksa apakah anak/bayi tersebut mengalami kesulitan bernapas.
    Buka mulut bayi/anak dengan ibu jari dan jari-jari anda untuk memegang lidah dan rahang bawah dan tengadah dengan perlahan.
    identifikasi dan keluarkan benda asing ( darah,muntahan,sekret,ataupun  benda asing) yang menyebabkan obstruksi jalan napas baik parsial maupun total dengan cara memiringkan kepala pasien ke satu sisi (bukan pada trauma kepala).
    Pasang orofaringeal airway/nasofaringeal airway untuk mempertahankan kepatenan jalan napas.
    Pertahankan dan lindungi tulang servikal.

2). BREATHING/PERNAPASAN
   Pemeriksaan/pengkajian menggunakan metode look listen,feel
•    Look    :nadi karotis ada/tidak,frekuensi pernapasan
                     tidak ada dan tidak
                     terlihat adanya pergerakan dinding dada,kesadaran
                     menurun,sianosis,identifikasi pola pernapasan abnormal,periksa
                     penggunaan otot bantu dll.
•    Listen      : mendengar hembusan napas
•    Feel      : tidak ada pernapasan melalui hidung/mulut.

Tindakan yang harus dilakukan perawat adalah :
    Atur posisi pasien untuk memaksimalkan ekspansi dinding dada.
    berikan therapy O2 (oksigen).
    Beri bantuan napas dengan menggunakan masker/bag valve mask (BMV)/endo tracheal tube (ETT) jika perlu.
    Tutup luka jika didapatkan luka terbuka pada dada.
    kolaborasi therapy untuk mengurangi bronkhospasme/adanya edema pulmonal,dll.


3). CIRCULATION/SIRKULASI
Pemeriksaan/pengkajian :
    Periksa denyut nadi karotis dan brakhialis pada (bayi),kualitas dan karakternya
    periksa perubahan warna kulit seperti sianosis

tindakan yang harus di lakukan perawat :
    lakukan tindakan CPR/defibrilasi sesuai dengan indikasi.
Langkah-langkah di lakukannya RJP pada bayi dan anak
    perhatikan bayi untuk menentukan apakah bayi masih bernapas
    perhatikan apakah dada bayi bergerak
    tempatkan telinga di dekat hidung dan mulut bayi dan dengarkan aliran udara
    jentikan kaki bayi apabila ada perubahan warna kulit atau bila bayi tidak bernapas jangan menguncang-guncangkan bayi.
    Mulailah RPJ jika bayi tetap tidak bernapas setelah kakinya tidak di jentikan.
    Tempatkan bayi di atas permukaan yang keras
    Posisikan kepala dengan tepat dan bebaskan jalan napas dengan menepatkan tangan anda pada dahi dan ari-jari tangan anda dari tangan yang lain di bawah tulang rahang.berhati-hatilah mendorong jaringan lunak di bawah dagu angkat dan sedikit tengadahkan kepala kearah belakang dan hidung mengarah keatas.
    Tarik garis yang menghubungkan antara kedua puting susu bayi
    Dengan telunjuk dan jari tengah anda,tekan lurus ke bawah pada tulang dada 1,25 cm sampai 2,5 cm.ulangi hal ini sebanyak 30 kali dan 2 kali napas buatan.

5). Disability
        Pengkajian kesadaran dengan metode AVPU meliputi :
a.    Alert (A) : pasien tidak berespon terhadap lingkungan sekelilingnya/tidak
                  sadar   terhadap kejadian yang menimpa.
b.    Respon verbal (V) :klien tidak berespon terhadap pertanyaan perawat.
c.    Respon nyeri (P) :klien tidak berespon terhadap respon nyeri.
d.    Tidak berespon (U) : tidak berespon terhadap stimulus verbal dan nyeri.
“cara pengkajian” :
-    Anamnese (tanya) : nama dan kejadian
-    Cubit daerah pundak/tepuk wajah
          Dengan GCS  (E1 M1 V1 ),pupil,kemampuan motorik










    Nilai normal G C S
GCS
Kategori Respon     
Respon   
      Nilai           
Respon Buka Mata    Spontan
Perintah verbal
Nyeri
Tidak Ada Respon                4
            3
            2
            1                                   
                              
                              
                              
Respon Motorik    Mengikuti perintah
Mengetahui letak rangsang nyeri
Flexi terhadap nyeri
Flexi abnormal ( dekortikasi )
Ekstensi ( deserebrasi )
Tidak ada respon               6
           5    
           4  
           3    
           2 
           1         
Respon Verbal    Orientasi baik dan bicara
Disorientasi dan bicara
Kata kata yang tidak tepat
Suara yang tidak berarti
Tidak ada respon               5
           4
           3
           2
           1
Total Trauma Score
Koma < 8                1 - 15  






Pengkajian sekunder

1.    RIWAYAT KESEHATAN

untuk memudahkan dan mengingat komponen pendataan riwayat maka di gunakan mnemonik sample yaitu sebagai berikut :


signs and symptoms                   tanda dan gejala
allergies                    alergi
medications                    pengobatan
pertinen medical history            riwayat kesehatan terkait
last meal (or medication on menstrual period    makan 
                        terakhir,pengobatan,menstruasi

evevts surounding this incident            kejadian yang menyertai


2.    PENGKAJIAN SUBJEKTIF

Untuk mendapatkan data subyektif perlu di pertimbangkan budaya pasien,kemampuan kognitif dan tingkat pertumbuhaan.
Pengkajian tentang keluhan nyeri termasuk tingkat keparahan,lokasi durasi,dan intensitas nyeri dengan menggunakan mnemonic     PQRST.

Mnemonic PQRST untuk pengkajian nyeri
P : provokativ/palliative
Apa yang menjadi penyebab,apakah ada hal yang menyebabkan kondisi memburuk/membaik.apa yang di lakukan jika sakit/nyeri timbul.apakah nyeri ini sampai mengganggu tidur.

           Q : quallity/kualitas
            Seberapa berat keluhan di rasa,atau bgmna rasanya
           R : region/radiasi
            Apakah sakitnya menyebar,seperti ap penyebarannya.
          S : skala severity
Skala kegawatan dapat di gunakan GCS untuk gangguan kesadaranskala nyeri atau ukuran lain yang berkaitan dengan ukuran.
          T : time/waktu
Kapan keuhan tersebut mulai di rasakan/di temukan atau seberapa sering keluhan tersebut di rasakan.
Pada unit gawat darurat riwayat kesehatan lengkap dan pengkajian subjektif secara detail jarang di lakukan atau di butuhkan.pengkajian di unit gawat darurat lebih di fokuskan pada keluhan utama yamg di rasakan pasien.




3.    PENGKAJIAN OBJEKTIF
Pengkajian objektif adalah sekumpulan data yang dapat dilihat da di ukur meliputi TTV,BB dan TB pasien,pemeriksaan fisik,hasil perekaman EKG,serta tes diagnostik.

4.    PEMERIKSAAN FISIK
a.    Inspeksi adalah pemeriksaan di mulai dari status keseluruha pasien.apakah pasien sadar atau tidak,penampilan secara umum pasien (general apperance)
Rapi atau berantakan,melihat apakh pasien bernapas dengan tersengal-sengal,bagaimana warna kulit dan mukosa,apakah ada memar,perdarahan,atau bengkak.perhatiakn postur dan pergerakan tuuh apakah ada nyeri,gangguan neurologis,orthopedi,dan status mental.
b.    Auskultasi adalah di gunakan untuk pemeriksaan paru-paru,jantun dan suara peristaltik.periksa kualitas suara,intensitas,dan durasi.lakukan pemeriksaan auskultasi sebelum di lakukan palpasi dan perkusi.
c.    Palpasi adalah di periksa untuk karasteristik permukaan seperti,tekstur kulit,sensitifitas,tugor dan suhu tubuh.gunakan palpasi ringan untuk memeriksa denyut nadi,deformitas,kekuatan otot,sedangkan palpasi dalam dapat di gunakan untuk mengidentifikasi adanya massa,nyeri,ukuran,organ dan adanya kekakuan.
d.    Perkusi adalah dapat di lakukan untuk mengevaluasi organ atau kepadatan tulang dan dapat di gunakan untuk membedakan struktur padat,berongga,atau adanya cairan.

5.    PENGKAJIAN NEUROLOGIS
Indikator utama dalam pengkajian neurologis adalah tingkat kesadaran pasien.untuk mengetahui status neurologis dan mencatat perubahan setiap saat maka dapat di gunakan Glasgow Coma Scale (GCS) untuk dewasa dan pediatrik glasgow coma scale pada anak-anak yang belum bisa bicara.

6.    PENGKAJIAN KARDIOVASKULER
Gunakan EKG 12 lead untk mengetahui atau menilai adanya abnormalitas irama.

a.    Suara jantung.
b.    Murmur
c.    Efusi perikat/tamponade
d.    Perfusi

7.    PERNAPASAN
Suara napas di kelompokan menjadi,trakheal,bronkhiale,vesikuler,dan bronkovesikuler.suara napas abnormal (berat) termasuk stridor,ronkhi,rales,terputus-putus,dan sulit bernapas.

8.    GASTROINTESTINAL
Pada pengkajian subjektif perlu di kaji/pemeriksaan sistem gastrointestinal.apakah ada riwayat gastritis,sirosis hepatis,appendisitis,dan pankreatitis,dll.apakah ada gaya hidup yang mempengaruhi masalah gastrointestinal.

9.    PERKEMIHAN
Catat frekuensi urine ,adanya inkontinensia,terasa panas,damn bau aneh.kaji pula lokasi nyeri dan kateter.

10.    MUSKULOSKELETAL
Gangguan muskuloskeletal dalam gawat darurat biasanya berhubungan dengan trauma dan infeksi.

11.    INTEGUMEN
Periksa warna kulit,tekstur,turgor dan suhu tubuh kulit.apakah ada tanda-tanda pucat sianosis,atau kekuningan.

12.    HEMATOLOGIS
Periksa gangguan tanda-tanda perdarahan seperti memar,ptechiae,konjungtiva pucat,nyeri dan memar,dll.


13.    IMUNOLOGI
Gaya hidup,status imunisasi,dan riwayat penyakit adalah faktor kunci dalam pemeriksaan imun.demam adalah pertimbangan penting tapi tidak selamanya orang yang bersuhu tiggi dalm keadaan bahaya.hal lai  yang di pertimbangkan adalah status imunisasi terbaru dan riwayat kontak dengan orang yang memiliki gejala yang sama.

14.    ENDOKRIN
Perhatikan adanya gangguan endokrin jika pasien merasa sering lelah,lemah,perubahan status mental,penurunan BB,panas dingin,poliuri,polidipsi,dan polifagi.






      DIAGNOSA KEPERAWATAN PADA KLIEN HENTI JANTUNG DAN HENTI NAPAS

1.    Ketidak efektifan pola napas b/d inspirasi dan /atau ekspirasi yang tidak adekuat.
Tujuan/kriteria evaluasi menurut NOC :
•    Menunjukan pola pernapasan yang efektif,dibuktikan dengan status yang tidak berbahaya : ventilasi dan status tanda vital.
•    Mempunyai kecepatan dan irama respirasi dalam batas normal.
•    Menunjukan status pernapasan :ventilasi tidak terganggu seperti :
    Kedalaman inspirasi dan kemudahan bernapas
    Ekspansi dad simentris
    Tidak ada penggunaan otot bantu
    Bunyi napas tambahan tidak ada
    Napas pendek tidak ada
Intervensi prioritas NIC :
•    AKTIVITAS KEPERWATAN
1.    Pantau adanya pucat dan sianosis
2.    Pantau efek obat pada waktu respirasi
3.    Kaji kebutuhan insersi jalan napas
4.    Observasi dan dokumentasikan ekspansi dada bilateral pada pasien dengan ventilator

•    PENDIDIKAN UNTUK PASIEN DAN KELUARGA
1.    Informasikan kepada pasien dan keluarga tentang teknik relaksasi untuk meningkatkan pola napas
2.    Instruksikan kepada pasien /keluarga bahwa mereka harus memberi tau perawat pada saat terjadi ketidakefektifan pola napas.
3.    Informasikan kepada keluarga untuk tidak merokok di ruangan
4.    Diskusikan perencanaan untuk perawatan di rumah,meliputi pengobatan,peralatan pendukung,tanda dan gejala komplikasi,dan sumber-sumber komunitas.

•    AKTIVITAS KOLABORASI
1.    Rujuk kepada ahli therapy pernapasan untuk memastikan keadekuatan fungsi ventilator mekanis.
2.    Laporkan perubahan sensori ,bunyi napas,pola pernapasan,nilai GDA,sputum dan seterusnya,sesuai dengan kebutuhan atau protokol.
3.    Berikan tindakan nebulizer ultrasonik dan udara pelembab atau oksigen sesuai kebutuhan.
4.    Berikan obat nyeri untuk pengoptimalan pola pernapasan.
       
2.    Penurunan curah jantung b/d perubahanpreload,afterload,dan kontraktilitas
Tujuan /kriteria evaluasi menurut NOC :
    Menunjukan crah jantung yang memuaskan di buktikan dengan keefektifan pimpa jantung,status sirkulasi,perfusi jaringan (organ abdomen),dan perfusi jaringan (perifer)
    Menunjukan status sirkulasi di buktikan dengan indikator kegawatan sbb :
a.    Tekanan darah sistilik,diastolik dalam batas normal
b.    Denyut jantung dalam batas normal
c.    Tekanan vena sentral dan tekanan dala paru dbn
d.    Hipotensi ortostatis tidak ada
e.    Gas darah dbn
f.    Bunyi napas tambahan tidak ada
g.    Distensi vena leher tidak ada
h.    Edema perifer tidak ada
i.    Asites tidak ada
j.    Denyut perifer kuat dan simetris
k.    Status kognitif dbn

Intervensi prioritas NIC
•    AKTIVITAS KEPERAWATAN
1.    Kaji dan dokumentasikan tekanan darah,adanya sianosis,status pernapasan,dan status mental.
2.    Pantau tanda kelebihan cairan,misalnya : edema pada bagian tubuh yang tergantug/bawah.
3.    Kaji toleransi aktivitas pasien dengan memperhatikan awal napas pendek,nyeri,palpitasi,atau pusing.

•    PENDIDIKAN UNTUK PASIEN/KELUARGA
1.    Jelaskan tujuan pemberian oksigen pernasal kanula /masker
2.    Instruksikan tenteng mempertahankan keakuratan asupan dan haluaran
3.    Ajarkan untuk melaporkan dan menggambarkan awitan palpitasi dan nyeri,durasi,faktor yang menyebabkan,daerah kualitas,dan intensitas
4.    Berikan informasi untuk teknik penurunan stress sepeti boifeed back ,relaksasi otot progresif,meditasi dan latihan.

•    AKTIVITAS KOLABORASI
1.    Rujuk pada dokter menyagkut parameter pemberian/penghentian obat tekanan darah.
2.    Tingkatkan penurunan afterload
3.    Berikan anti kogulan untuk mencegah pembetukan trombus perifer,sesuai dengan program atau potokol.





DAFTAR PUSTAKA
   
1.    Emergency  nurse assosiation.2005.sheehy’s of emergency care.Edisi ke-6.Philadelphia : mosby Elsevier
2.    Ilmu kesehatan anak volume 2.1985.
3.    Ilmu kesehatan anak volume 3.1985.
4.    Kapita selekta pediatrik;edisi II.EGC.
5.    Ns.paula krisanty,s.kep,MA,dkk.2009.Asuhan keperawatan gawat darurat.TIM
6.    Nanda international.2009-2011.diagnosis keperawatan,definisi dan klasifikasi.EGC.
7.    Wilkinson,M.Judith.2002.buku saku diagnosis keperawatan,dengan intervensi NIC & kriteria hasil NOC.edisi ke-7.EGC.
8.    Kartika wati,Dewi.dasar-dasar keperawatan gawat darurat.buku ajar.
9.    Muriel,skeet.tindakan paramedis terhadap kegawatan dan pertolngan pertama.edisi ke 2.EGC.